Mendidik Lelaki dan Perempuan Masa Depan

 

Kita akan melanjutkan sesi kedua dari tema, mana yang terbaik laki-lakikah ataukah wanita, Baik itu berupa anugerah anak yang dilahirkan ataukah seorang manusia yang sudah dewasa, mana yang terbaik di antara dua jenis manusia tersebut,

Semalam sudah kita bahas bahwasanya yang terbaik di antara keduanya sudah diputuskan adalah yang paling bertakwa, bukan laki-laki bukan perempuan, Tapi secara umum, memang ada sebuah kecenderungan bahwasanya laki-laki lebih baik, Tapi secara umum dan itu pun berdasarkan beberapa poin,

Poin yang pertama, manusia yang pertama Allah ciptakan sebagai seorang laki-laki, sedangkan perempuan diciptakan dari bagian laki-laki, Sedangkan poin yang kedua, para Nabi yang berjumlah 124,000 Nabi, begitu pula para Rasul 315 Rasul mereka semuanya adalah dari golongan laki-laki, Poin yang ketiga, Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an (QS.An Nisa’ 34 )

الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ

Poin yang ke-4, laki-laki sebagai seorang suami atau sebagai seorang ayah begitu pula sebagai seorang kakek di dalam wilayah dan ranahnya, dia adalah seorang pemimpin, Yang kelima, seorang sulton amirul mukminin yang dibaiat atau diangkat sebagai seorang presiden bagi kaum muslimin secara syar’i, itu haruslah terdiri daripada seorang laki-laki dan bukan dari kalangan perempuan, Poin yang ke-6, laki-laki selalu diajak atau menjadi sasaran khitob syar'i, baik itu dalam Al-Qur’an maupun dalam hadits Nabi SAW walaupun yang demikian itu juga berarti bagi kalangan wanita seperti yang disebutkan dalam Al Qur’an :

يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا أَقِمُوْا الصَّلَاةَ وآتُوا الزَّكَاةَ,

(وَأَقِیمُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتُوا۟ ٱلزَّكَوٰةَ وَٱرۡكَعُوا۟ مَعَ ٱلرَّ ٰكِعِینَ)

[Surat Al-Baqarah 43]

Maka di sini disebutkan أقموا berarti laki-laki yang disebutkan, bukan perempuan, Apakah berarti laki-laki saja yang wajib shalat, perempuan tidak? Tidak, semuanya wajib shalat, Cuma di sini disebutkan laki-laki, Ini menunjukkan bahwasanya laki-laki itu secara umum itu lebih afdhol, Itulah yang menentukan bahwasanya laki-laki itu lebih afdhol dan itu dari sisi kelebihannya laki-laki, Kekurangannya banyak, Kita akan bebicara kekurangan laki-laki sebelum nanti kelebihannya wanita, Kekurangan laki-laki banyak sekali, Di antaranya adalah laki-laki itu adalah manusia paling lemah dibandingkan para wanita dan itu pun juga tergantung kepada individu, Ini secara umum kita berbicara,

Laki-laki itu dia gampang stress, Dan kalau kita pergi ke Rumah Sakit Jiwa yang ada di mana-mana kita lihat, isinya lebih banyak laki-laki daripada perempuan, Yang demikian itu karena Allah menciptakan mereka itu fokus, sedangkan wanita Allah ciptakan tidak fokus, Sehingga dalam satu keadaan, laki-laki itu kalau jika ingin berhasil dalam tindakan, ucapan, maupun yang sedang dilakoninya, maka dia harus fokus, Kalau tidak fokus, maka berantakan, Tapi kalau perempuan bisa fokus dalam beberapa hal, Sehingga kalau sudah terjadi sesuatu kepadanya, maka sulit dia itu mengelaknya sehingga banyak yang stres ,banyak yang terbawa dengan masalah itu, hanyut dengan masalah itu akhirnya berpenyakitan,

Oleh karenanya, salah satu fakta yang terjadi di antara kita walaupun itu semuanya terkait dengan takdir, tapi kita itu berbicara tentang ilmiah, Kita lihat lebih banyak dudanya atau lebih banyak jandanya yang tersebar di antara kita? Jawabannya adalah banyak lebih banyak duda, Kenapa? Dibuat sebuah penelitian bahwasanya laki-laki itu lebih lapang dadanya, lebih bisa menahan emosinya, lebih bisa bertahan di dalam posisinya sehingga kalau ada masalah, dia tidak ungkapkan, tapi dia simpulkan dan dia kumpulkan dalam hatinya, terpendam, Walaupun itu menjadi sebuah beban pikiran baginya apalagi terkait dengan istrinya, dia itu takut kepada istrinya misalnya, seperti umumnya para lelaki sekarang ini, maka akhirnya disimpan, tidak disampaikan yang berakibat akhirnya dia banyak mengidap penyakit, dan akhirnya lebih banyak yang mati duluan laki-laki ketimbang para perempuan, Ini salah satu contohnya kekurangan laki-laki, Kenapa? Karena terlalu fokus, terlalu serius, Itu laki-laki,

Sehingga kita lihat, banyak orang-orang gila itu atau yang berpenyakitan yang menyebabkan kematian itu adalah, lebih banyak laki-lakinya ketimbang perempuannya, Bahkan nanti di akhir zaman, laki-laki itu sedikit dan perempuan itu banyak, Bukan hanya karena proses kelahiran laki-laki itu sedikit dan perempuan itu lebih banyak, tapi karena memang tambah akhir zaman, tambah banyak penyakit-penyakit yang terkait dengan beban,

Mohon maaf, kalau kita belajar ilmu medis, kita akan dapatkan kesimpulan daripada mereka para pakar medis, bahwasanya semua penyakit faktor utamanya bukanlah makanan, bukanlah pola hidup, tapi faktor utamanya itu adalah pikiran, 70% karena pikiran, yang paling banyak pemikir ini itu adalah laki-laki, Dan dengan adanya medsos yang sekarang ini laki-laki paling banyak bersekongkol, paling banyak yang berkomunikasi, paling banyak yang menggunakan medsos-medsos ini, padahal tanpa disadari oleh mereka, setiap kita buka suatu medsos, maka kita akan terkait dengan suatu pikiran dan itu akan membebaninya, Belum selesai kita memikirkan, kita buka lagi medsos yang lainnya tambah lagi pikirannya, Buka lagi yang lainnya, tambah lagi pikirannya dan begitu seterusnya, dan akhirnya hang,

Oleh karenanya, coba bagi kita baik laki-laki maupun perempuan, kalau kita ingin hidup nikmat bahagia, coba handphone itu letakkan satu minggu saja, Jangan pakai handphone, kita akan rasakan bedanya, Minggu-minggu kita pakai handphone dan minggu-minggu kita tidak pakai handphone, Jadi dengan banyaknya medsos, dengan banyaknya aplikasi yang ada di handphone itu, sekarang banyak memunculkan pikiran-pikiran dan beban-beban di dalam seorang laki-laki dan itu memicu laki-laki tersebut untuk berpenyakitan, Beda kalau perempuan, dia tidak terlalu serius karena yang dipikirkan banyak hal,

Oleh karenanya, dikatakan syahwatnya laki-laki itu satu, syahwatnya perempuan itu ada 9, Itu bukan syahwat libido yang dimaksudkan atau syahwat kepada lawan jenis, Akan tetapi, maksudnya itu syahwat-syahwat yang diinginkan, banyak hal bukan satu hal, Tapi kalau laki-laki itu fokus dalam satu hal, Itu di antara kekurangan yang sangat besar, Kemudian kekurangan-kekurangan yang lainnya adalah, laki-laki sebagai laki-laki sangat terbebani dengan banyak beban, sementara wanita sebaliknya, Nanti kita akan bahas apa kelebihan seorang wanita itu, Laki-laki sebagai seorang suami bertanggung jawab terhadap istrinya, laki-laki sebagai ayah dia bertanggung jawab terhadap anak-anaknya, laki-laki sebagai kakek dia itu bertanggung jawab terhadap anak-anak dan cucu-cucunya, Sebagaimana Nabi SAW bersabda

كُلُّكُمْ رَاعٍ، وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ

Setiap kalian itu bertanggung jawab, dan setiap pertanggungjawaban itu akan dimintakan pertanggungjawabannya di depan Allah SWT, (HR.MUSLIM)

Mohon maaf, setiap suami yang melihat dengan mata kepala sendiri istrinya berbuat dosa, lalu dia mendiamkan, membiarkan, dia juga terikut di dalam dosanya, sehingga dia termasuk yang terhitung sama dosa seperti istrinya karena dia membiarkan,

الرِّجَالُ قَوَّامُونَ

(QS An Nisa 34)

Harusnya dia larang, Harusnya dia cegah sebagai seorang pemimpin, sebagai seorang kepala keluarga, sebagai seorang imam ketika terjadi kepada makmumnya, dia harus tegar, Begitu pula kepada seorang ayah, anak istrinya keluar tanpa jilbab, anak istrinya keluar dengan pacaran dan sebagainya, anak istrinya melakukan suatu dosa, tapi dia diamkan, dia biarkan, maka akan menjadi tanggung jawabnya dia,

Oleh karenanya, coba lihat bagaimana tuntutan yang Allah ceritakan melalui lisan Nabi kita mulia, Nabi Muhammad SAW dalam haditsnya, Ketika beliau itu bercerita tentang ada 1 orang ahli masjid, ahli ibadah, ahli puasa, ahli sedekah, tapi ternyata ketika dihisab, sudah hampir diputuskan dia itu ahli surga karena memang amaliyah kebaikan itu lebih banyak daripada amal maksiatnya, ternyata ada yang menuntutnya sehingga kemudian Allah Ta’ala mengatakan kepadanya, “Tunggu dan dengarkan apa isi tuntutannya”, Ternyata yang menuntut adalah anak dan istrinya, Oleh karenanya, Allah SWT berfirman dalam Al Qur’an

إِنَّ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ وَأَوْلَادِكُمْ عَدُوًّا لَكُمْ فَاحْذَرُوهُمْ

Sesungguhnya di antara anak dan istri kalian itu adalah musuh bagi kalian,

(QS At Taghobun 14)

Disebutkan dalam sebuah ayat :

يَوْمَ يَفِرُّ الْمَرْءُ مِنْ أَخِيهِ وَأُمِّهِ وَأَبِيهِ وَصَاحِبَتِهِ وَبَنِيهِ لِكُلِّ امْرِئٍ مِنْهُمْ يَوْمَئِذٍ شَأْنٌ يُغْنِيهِ

(QS Abasa 34 – 37)

Karena saling keterkaitan, Kita saling berkait, Oleh karena itu, jangan salahkan kalau suami itu memberikan nasehat pada istrinya karena dia bertanggung jawab di depan Allah SWT, Istri tanggung jawab suami, anak tanggung jawab orang tua, anak cucu tanggung jawab kakeknya dan begitu seterusnya, Sampai kapan? Sampai kita mati,

وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِيْنُ

(QS An Nahl 99) ,

Dan hendaknya kalian itu beribadah kepada Allah sampai kamu meninggal, Sehingga kemudian diperintahkan untuk mendengar, Lihat apa itu, yang menjadi tuntutannya itu dengarkan, Ternyata tuntutannya berbunyi begini, dan semoga kita bukan termasuk yang dituntut oleh anak dan istri kita, Disebutkan di dalam kitab Ihya Ulumuddin oleh Al-Imam Muhammad bin Muhammad bin Muhammad Al Ghazali RA, di mana beliau katakan :

يَا رَبَّنَا, خُذْ حَقَّنَا مِنْهُ, فَإِنَّهُ لَا يُعَلِّمُوْنَ مَا نَجْهَلُهُ وَ كَان يُطْعِمُوْناَ الْحَرَامَ وَ نَحْنُ لَا نَعْلَمُ,

Wahai Tuhan kami, hendaknya aku tuntut keadilan-Mu, Aku berada di sini karena berzina, Aku berada di sini karena mengejek orang lain, menghina orang lain, Aku berada di sini karena tidak shalat, Aku berada di sini karena pacaran, Aku berada di sini karena menampakan auratku, Aku berada di sini, semuanya itu karena orang ini, Tidak dikatakan lagi, karena papaku karena suamiku, tapi dikatakan, karena orang ini, Kenapa dia? Katanya dua hal alasan yang disebutkan, Katanya yang pertama adalah :

لَا يُعَلِّمُوْنَ مَا نَجْهَلُهُ

Dia tidak pernah mengajari kami apa yang seharusnya kami ketahui,

Hati-hati, kalau kita tidak punya cukup ilmu agama untuk mengajari anak istri kita, maka serahkan anak istri kita kepada kyai, kepada ustadz, kepada habib untuk hadir majelis-majelis yang ada di sekitar kita untuk mereka itu belajar, untuk mereka itu mondok pesantren dan sebagainya, atau masuk ke Madrasah Diniyah, Sehingga kalau sudah mereka baligh setelah kita masukkan Pondok Pesantren, lepas tanggung jawab kita, Kalau setiap ada dosa yang dilakukan, walaupun dia tidak tahu bahwasanya itu adalah dosa, maka kita yang bertanggung jawab, Kenapa? Kita bertanggung jawab kepada mereka itu bukan hanya urusan dunia, kita bukan hanya diminta pertanggungjawaban untuk dia makan, untuk dia minum, Allah berfirman dalam Al Qur’an

وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا ۖ لَا نَسْأَلُكَ رِزْقًا ۖ نَّحْنُ نَرْزُقُكَ ۗ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَىٰ

Dan hendaknya perintahkan keluargamu untuk sholat dan sabarlah di dalam memberikan perintah itu,(Qs At Thoha 132)

Sholat itu adalah sebuah symbol, sebuah ikon, Tapi maksudnya adalah shalat, zakat, puasa, haji, umroh, Kasih tahu bahwasanya harom berzina, haram berbohong, harom berghibah, harom memfitnah, Dan sabarlah dalam memberitahukan itu, karena Allah Ta’ala tahu untuk memberikan kita arahan kepada agama itu pasti ditolak, selalu salah sangka, selalu dimusuhi, selalu dikucilkan, selalu diejeknya,

يَا حَسْرَةً عَلَى الْعِبَادِ مَا يَأْتِيْهِمْ مِنْ رَسُوْلٍ إِلَّا كَانُوْا بِهِ يَسْتَهْزِئُوْنَ

(Qs Yasin 30),

Alangkah ruginya bagi hamba-hamba itu, Setiap datang ustadznya, setiap datang kyainya, setiap datang habibnya, setiap datang walinya, setiap datang suaminya, setiap datang ayahnya memberikan nasehat-nasehat agama, mereka itu merendahkan, mereka itu mempermainkan, mereka itu menertawakan, Ini yang terjadi, Kalau kita tidak mampu serahkan kepada para kyai, para alim ulama,

Memang disebutkan bahwasanya :

أَوَّلُ مَا يُحْرَمُ بَرَكَةُ الْعَالِمِ أَهْلُهُ وَ وَلَدُهُ,

Pertama kali yang akan diharamkan daripada seorang alim itu, justru anak dan istrinya,

Kok bisa? Karena ada kolaborasi di situ antara setan dan hawa nafsu itu, Setan dan hawa nafsu itu memunculkan suatu realita dalam kehidupan mereka bahwasanya ayahnya orang biasa kok, ayahnya juga main bola, ayahnya juga makan banyak, ayahnya begini begitu, dan sebagainya, Bukan orang besar, walaupun orang-orang itu husnudzon kepada ayah saya, Sehingga dikecilkan, direndahkan, Tapi kalau kepada orang lain, dia memuliakan, Sehingga dikatakan, orang kalau kelilipan, tidak bisa dia menghilangkan kelilipannya, kecuali meminta bantuan kepada orang lain, Coba kalau kita kelilipan, kalau kelilipan apa yang kita lakukan? Ditiup ya kan, Siapa yang meniup? Diri kita sendiri? Tidak bisa,

Dokter sakit, siapa yang menyembuhkan? Dokter lainnya, Bukan dokter dia, Itu yang terjadi, Sehingga banyak yang orang tuanya alim, orang tuanya kyai, orang tuanya habib, orang tuanya da’i, tapi anaknya tidak mengambil faedah dari orang tuanya tersebut, Itu sebuah kerugian, Tapi sekali lagi tugasnya orang alim walaupun dia seorang ayah, tugasnya orang alim walaupun dia seorang suami, tugasnya orang alim walaupun dia seorang kakek tidak lebih daripada sekedar :

وَمَا عَلَيْنَا إِلَّا الْبَلَاغُ

Kami tidak punya kewajiban kecuali hanya menyampaikan, Yang mau mendengarkan penyampaian saya, fadhol, Yang tidak mau, ya sudah, Yang penting saya sudah sampaikan, Saya sampaikan bukan di luar, saya sampaikan di rumah sendiri, saya sampaikan bukan di luar kota, saya sampaikan di dalam rumah sendiri, tapi mereka etidak mau mengambilnya, ya sudah kita lepas daripada tanggung jawab, kita terhadap kewajiban, Itu yang terjadi, Itu tuntutan pertama,

Tuntutan yang kedua, yang berbahaya bagi seorang laki-laki itu adalah :

وَ كَان يُطْعِمُوْناَ الْحَرَامَ وَ نَحْنُ لَا نَعْلَمُ

Tugas mencari rizki adalah tugasnya laki-laki, Dan Nabi kita Muhammad SAW 1400 tahun yang lalu, beliau telah menyinggung :

سَيَأْتِي عَلَيْكُمْ زَمَانٌ هَلَكُ الرَّجُلِ عَلَى يَدَيْ أَبَوَيْهِ

(HR ,

Tapi di dalam hadits lain Nabi SAW, mengatakan :

هَلَكُ الرَّجُلِ عَلَى يَدَيْ زَوْجَتِهِ وَ وَلَدِهِ,

Seseorang itu akan binasa justru di tangan istri dan anak-anaknya,

ﻳﺄﺗﻲ ﻋﻠﻰ اﻟﻨﺎﺱ ﺯﻣﺎﻥ ﻳﻜﻮﻥ ﻫﻼﻙ اﻟﺮﺟﻞ ﻋﻠﻰ ﻳﺪ ﺯﻭﺟﺘﻪ ﻭﺃﺑﻮﻳﻪ ﻭﻭﻟﺪﻩ

            (HR Al Kahattabi dan Al Baihaqi)

 

Kenapa demikian? يعيّرونه mereka itu mengejeknya, Kamu masa tidak bisa sih seperti dia tuh, dia bisa cari uang banyak, bisa begini, bisa begitu, akhirnya karena tersudut terus, mereka menggunakan dan melakukan segala cara untuk mendapatkan harta, Mencuri sana mencuri sini, menipu sana menipu sini, menilap sana menilap sini, Karena itulah akhirnya mereka menjadi pendosa dan pendosa, sebabnya keluarganya,

Berbeda dengan orang dahulu, Kalau orang dahulu atau wanita itu, atau para istri itu, setiap kali akan melepaskan suaminya bekerja, maka dia berpesan dulu, Apa pesannya mereka? Pesannya mereka berkata begini, “Wahai suamiku, kami tahan untuk tidak makan beberapa hari, kami tahan untuk kepanasan karena matahari, kami tahan untuk tidak tidur beberapa hari, tapi kami tidak akan tahan dengan panasnya api walaupun itu api dunia, apalagi api akhirat”,

Maksudnya apa? Jangan engkau bawa ke rumah ini, kecuali harta yang halal, Itu mereka dulu membantu suaminya untuk mereka itu mencari rezeki yang halal, rezeki yang menjadi sumber kemudian orang yang memakannya akan melaksanakan dan menggunakan energinya untuk beribadah untuk mendekatkan diri pada Allah Ta’ala, Karena Nabi SAW telah bersabda :

مَنْ أَكَلَ الْحَرَامَ عَصَتْ جَوَارِحُهُ شَاءَ أَمْ أَبَى عَلِمَ أَوْ لَمْ يَعْلَمْ,

Yang artinya, orang yang memakannya itu daripada barang-barang yang diharamkan, mau tidak mau anggota badannya akan digunakan untuk bermaksiat,

قال سهل التستري : ( من أكل الحلال أطاع الله شاء أم أبى ، ومن أكل الحرام عصى الله شاء أم أبى ).

Mau tidak mau, sengaja atau tidak sengaja, begitu terjadinya, Sebagaimana sebaliknya :

مَنْ أَكَلَ الْحَرَامَ أَطَاعَتْ جَوَارِحُهُ شَاءَ أَمْ أَبَى عَلِمَ أَوْ لَمْ يَعْلَمْ

, مَنْ أَكَلَ الحلال أَطَاعَتْ جَوَارِحُهُ شَاءَ أَمْ أَبَى عَلِمَ أَوْ لَمْ يَعْلَمْ

 

Barangsiapa yang makanannya itu adalah halal, mau tidak mau dia akan gunakan semua komponen badannya, anggota tubuhnya untuk beribadah, sengaja tidak sengaja, itu yang terlaksana, Berkat apa? Sumbernya halal,

Sekarang tidak peduli, “Abang datang bawa uang, abang sayang, Datang tidak bawa uang, abang tak tendang”, Itu kalau sekarang,

Oleh karenanya hati-hati bagi laki-laki, yang tegas itu yang bertanggung jawab :

وَ كَان يُطْعِمُوْناَ الْحَرَامَ وَ نَحْنُ لَا نَعْلَمُ

Bahkan para istri kita, anak kita tidak tahu makanan kita, yang kita bawa ini makanan halal atau haram, uang yang kita bawa masuk ke rumah kita, mereka tidak tahu ini adalah uang halal atau haram, Harusnya, mestinya, seyogyanya orang yang makan harom, tidak tahu, maka tidak dosa,

Misalnya saya dikasih kopi sama saya punya ipar Habib Syafiq yang mau buat pesantren insya Allah di Sukabumi, Kita doakan semoga dimudahkan dan beliau termasuk yang ahlinya untuk mengawasi, membina dan mengasuh pondok pesantren, Aamiin Yaa Robbal ‘aalamiin, Beliau membuat minuman buat saya, Ternyata entah sengaja atau tidak disengaja kopi ini dicampur dengan arak oleh Habib Syafiq, Saya minum dosa tidak? Kenapa tidak dosa? Soalnya saya tidak tahu,

رُفِعَ الْقَلَمُ عَنْ ثَلاَثٍ,

Diangkat yang namanya kelakuan atau tindakan dosa itu daripada 3 hal, di antaranya kalau tidak tahu,

Tidak tahu kita kalau ini adalah khomr, maka dimaafkan, Tapi masalahnya, walaupun saya tidak haram meminumnya karena saya tidak pernah minum arak, dan semoga terus begitu sampai akhir hayat nanti, saya minum satu teguk karena saya tidak pernah minum arak, kira-kira mabuk tidak? Pikirkan, camkan baik-baik, Apa yang kita makan itu pengaruhnya besar, Kita makan etidak sengaja, minum khomr tidak sengaja, tidak papa, tapi pengaruhnya ada, Apa itu? Kita mabuk,

Sama seperti itu, Ketika kita itu berikan makanan kepada keluarga kita, istri kita, anak kita makanan yang haram, padahal makanan itu adalah sesuatu yang tidak halal, maka akan masuk ke dalam tubuh mereka dan akan menjadi sebab setan lebih mudah masuk ke dalamnya, bisikan hawa nafsu lebih mudah untuk menjerumuskannya, ibadah dan taat sangat sulit untuk dilaksanakan dan diterapkannya karena sumbernya harom,

Oleh karenanya, setan itu makhluk Allah yang pintar, bukannya bodoh, Jadi jangan katakan Habib Segaf sudah S3 berarti doktor, berarti setan tidak bakal bisa mengalahkannya, Siapa bilang? Saya doktor S3, itu S nya baru tiga, Setan itu S-nya sudah ribuan, Jadi pengalamannya setan itu kalau kita ingin tahu, kalau masehi itu umurnya berapa? 2020 ya kan, dari mulai lahir Nabi Isa, Nabi Isa termasuk Nabi yang terakhir sebelum Nabi Muhammad, Masih ada 124,000 Nabi terutama Nabi Adam, Kita tidak tahu berapa juta lalu atau berapa ratus ribu tahun yang lalu kita tidak faham, Tapi setan sudah ada,

Habil, Qabil dari mulai pertama kali digodanya terus itu diajarkan, Kalau seumpama di dalam sebuah akademi atau pendidikan, almamater pendidikan tingkat tinggi misalnya, yang terbaik itu mereka itu membuat seminar sebanyak mungkin, Paling banyaknya 1 bulan itu paling 6 kali, itu sudah luar biasa, Setas itu membuat diklat membuat seminar untuk anak-anak buahnya dan kroni-kroninya, itu setiap hari, Gimana caranya menaklukan ini, gimana caranya begini, diajarkan, Jangan kita merasa aman daripada setan,

Oleh karena itu, maka kalau seumpama dia tidak pernah belajar, tidak pernah dengar kepada seorang kyai, kepada seorang ustad, kepada seorang habib, kepada seorang da’i, bagaimana dia itu akan selamat, tidak tahu caranya, bagaimana selamat daripada tipuan setan? Hidup ini susah, hidup ini berat, hidup ini penuh dengan hadangan dan rintangan, Kalau kita tidak tahu ilmunya, bagaimana kita akan selamat?

Oleh karena itu, maka itu di antara tanggung jawab yang besar, Bahkan disebutkan di dalam tuntutan itu :

وَ كَان يُطْعِمُوْناَ الْحَرَامَ وَ نَحْنُ لَا نَعْلَمُ

Kami tidak tahu kalau itu adalah haram, Itu kekurangannya,

Sekarang kita akan berbicara kelebihan wanita dan kekurangannya, Apa kelebihan wanita? Wanita itu bisa mendapatkan pahala yang banyak dengan mudah, Beda kalau laki-laki, Sesuai dengan ciptaan Allah SWT, Allah Ta’ala menciptakan semua makhluknya dari mulai manusia, jin, malaikat, setan ataupun makhluk yang mati, misalnya gurun pasir, tanah liat, pegunungan, lautan, sungai, sumber air, sumur, matahari, bulan, bintang gemintang dan sebagainya, semuanya itu ada sisi kekurangannya, ada sisi kelebihannya, Allah Maha Adil, Itulah hebatnya Allah Ta’ala,

Untuk apa? Menunjukkan pada kita semuanya, kecuali Allah dan untuk menerapkan keadilan Allah SWT, sehingga kemudian Allah menerapkan keadilan dalam ciptaan-Nya, Setiap ada ciptaan, di situ ada kelebihan, ada kekurangan, Di gunung, dingin, tapi menanjak ke atas, tapi sulit dapat air, Di gurun pasir panas, tapi tidak repot-repot naik ke atas, Laut, luas tapi asin, Sungai, tawar tapi kecil, Ikan asin, ikan laut sama ikan sungai, ada kelebihannya, ada kekurangannya, Semuanya seperti itu, kecuali Allah Ta’ala dan para Nabi-Nabi-Nya, dalam hal-hal tertentu, Tetapi dalam hal yang lainnya, tetap dalam kodratnya ciptaannya itu, Perempuan itu mudah untuk meraih ridho Allah,

Coba kita lihat bagaimana Nabi Muhammad SAW, memastikan jika dilakukan oleh seorang wanita, maka dia pasti akan mendapatkan surga, Apakah yang dipastikan media atau wasilah atau perantara untuk mendapatkan ridho Allah dan surga-Nya adalah suatu pekerjaan yang berat? Nabi SAW bersabda :

إِذَا صَلَّتِ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا ، وَصَامَتْ شَهْرَهَا ، وَحَفِظَتْ فَرْجَهَا ، وَأَطَاعَتْ زَوْجَهَا, دَخَلَتِ الْجَنَّةَ مِنْ أَيِّ بَابٍ شَاءَتْ

(HR Ahmad),

إِذَا صَلَّتْ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا وَصَامَتْ شَهْرَهَا وَحَفِظَتْ فَرْجَهَا وَأَطَاعَتْ زَوْجَهَا قِيلَ لَهَا ادْخُلِي الْجَنَّةَ مِنْ أَيِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شِئْتِ

(HR AHMAD)

Jika seorang wanita itu sholat lima waktu, tidak usah sholat dhuha, tidak usah shalat qobliyah ba’diyah, tidak usah shalat witir, Itu kalau mau dapat surga standar ya, bukan surga yang tinggi,

وَصَامَتْ شَهْرَهَا

Dan puasa di bulan Romadhon, tidak usah puasa asyuro’, tidak usah puasa arafah, Ini kita bicara surga standar,

وَحَفِظَتْ فَرْجَهَا

Dia menjaga kemaluannya, sampai dia mati etidak pernah dia gunakan untuk bermaksiat, tidak pernah selingkuh, tidak pernah berzina,

وَأَطَاعَتْ زَوْجَهَا

Dan dia taat kepada suaminya, Kenapa Nabi SAW menyebutkan itu terakhir? Karena lebih sulit daripada yang sebelumnya, Tapi kita pandang lebih mudah, tapi ternyata lebih sulit karena berinteraksi dengan orang yang hidup, yang mempunyai perasaan, yang mempunyai tindakan, yang punya budaya, yang punya adat istiadat,

Berbeda kalau kita shalat, Yang penting kita rukuk, kita niat, kita i’tidal, kita doa, kita etidak boleh berbicara, kita harus diam, kita harus jaga daripada najis adalah sesuatu yang mudah, sesuatu yang baku, Begitu pula haji, begitu juga menjaga kemaluan, Tapi kalau taat kepada suami, suaminya temperamen, suaminya orang tidak punya, suaminya wajahnya kurang ganteng, suaminya kurang cerdas, suaminya kurang peka, suaminya begini begitu dan sebagainya, tapi yang pasti adalah siapa yang memberikan suami setiap wanita? Jawabannya adalah Allah, Kenapa Allah telah menentukan suami itu untuk kita? Ujian baginya, dia sasarannya, dia mau diangkat derajatnya, dia akan diberikan pahalanya, dia akan dimuliakan, Begitu pula sebaliknya, dia akan dihinakan, dia akan dimasukkan neraka karena suami itu,

Oleh karena itu, Nabi SAW cuma mengandalkan empat saja standart surga kita dapatkan, Oleh karena itu, taat kepada suami merupakan ibadah yang paling sulit dilakukan oleh seorang wanita, Jangan keluar rumah, kecuali dengan izinnya, itu sulit, Allah Rasulullah yang melarang, bukan suami, Tidak berhak suami mengatakan, “Kamu keluar tidak usah pakai izin ya, keluar aja”, Itu tidak boleh, Itu perintah Allah, regulasi daripada Allah yang terkait dengan manusia, supaya dia itu selalu ingat dosanya pemimpinnya, bukan aku pemimpinnya, itu adalah suami itu maksudnya, Sebagaimana kenapa kita ada sunnah-sunnah Nabi? Supaya kita ingat Nabi Muhammad, Kalau ingat Nabi Muhammad, otomatis ingat Allah dan itu menjadi sebab utama kenapa banyak orang yang terjerumus ke dalam dosa dan dosa, nasibnya sial dan apes, Kenapa?

وَلا تَكُونُوا كَالَّذِينَ نَسُوا اللَّهَ فَأَنْسَاهُمْ أَنْفُسَهُمْ

(QS Al Hasyr 19)

Karena mereka lupa pada Nabi Muhammad, Lupa pada Nabi Muhammad, maka lupa pada Allah, Lupa pada Allah ,maka hilang kesempatan-kesempatan yang harusnya dia gunakan, Itu yang terjadi, Berarti kita harus mengambil hatinya suami? Bukan, Bukan ridho suami yang dicari, Cuma karena ridho-Nya Allah itu tergantung pada ridhonya suami, maka kita harus mencari ridhonya dan itu karena rahmat Allah, mudah sekali, Coba kalau seumpama kita dikatakan bahwasanya setiap wanita harus mencari ridhonya Allah, gimana cara tahu kita ridho-Nya Allah? Akhirnya Allah Ta’ala dengan rahmat dan mudah-Nya dikatakan bahwasanya setelah wanita bersuami, maka ridho-Nya di dalam ridhonya suami, Tinggal cari ridhonya suami, mudah sekali,

Suami dikasih uang, ridho kan? Suami dipijat ridho kan? Suami dilayani dengan baik, ridho kan? Mankanya Nabi SAW bersabda, istri yang shalihah itu yang menjadikan suaminya bagaikan raja, bukan malah disuruh-suruh, Jadikan sebagai raja, Dia mau mandi dilayani, dia mau tidur dilayani, dia mau makan dilayani, dia mau berangkat dilayani, dia mau apa saja dilayani, Dia sebagai pelayannya, Dia harus siap 24 jam untuknya, melebihi daripada tanggung jawabnya kepada anak-anaknya, Itu adalah istri yang sholihah, Tidak mudah itu kalau bukan karena hidayah daripada Allah Ta’ala, Walaupun terkadang ada suami yang etidak ingin dengan tuntutan itu, tapi Allah yang memerintahkan, Nabi Muhammad yang memerintahkan,

Oleh karenanya, di sini kita shalihah itu untuk siapa? Banyak yang salah persepsi, Disangkanya kita kalau sholihah itu untuk suami, ya salah, Kenapa mau sholihah? Biar suaminya itu etidak kawin lagi, Tidak ada hubungannya, itu hubungannya dengan takdir Allah, Kita itu sholihah karena Allah memerintahkan, Kita ini sholihah karena Nabi Muhammad memerintahkan, Kita sholihah karena ingin mendapatkan ridho-Nya Allah, bukan ridho suami ini,

Kalau suami yang ada sekarang ini beban, Tidur ngorok, tidak mandi bau, taunya Cuma perintah-perintah, Itulah suami, Tapi karena itu perintah Allah, kita harus taat, Harusnya seperti itu cara memandangnya para istri pada suaminya, sehingga dia itu ta’dzim kepada suaminya bukan karena suami, tapi karena Allah, Sebagaimana kita shalat :

أُصّلِّي فَرْضَ الْمَغْرِبِ ثَلَاثَ ركْعَةٍ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاًء مَأْمُوْمًا لِلهِ تَعَالَى,

Kenapa jadi sholihah? Lillahi Ta’ala, Kenapa melayani suami? Lillahi Ta’ala, bukan karena suami itu, Apa bisanya suami? Ngasih uang? Belum tentu uang yang kita harapkan dapat dari dia itu seperti yang kita angan-angankan, Allah yang memberikan uang, Allah yang memberikan kebahagiaan, Allah yang memberikan semuanya, Kita lakukan karena Allah, kita sholihah karena Allah, Itu yang harus diketahui oleh para istri, sehingga dia itu kemudian menjadi sholihah itu karena Allah, bukan karena suami,

Tidak ada kaitannya sama suami, Suami itu cuma wasilah, suami itu cuma media, Kemudian makhluk Allah yang laki-laki banyak modelnya, bentuknya, begitu pula jobnya, Di antara mereka ada yang presiden, pejabat yang dikatakan oleh Nabi SAW, satu hari para pejabat itu kalau dia itu adil dan amanah seperti beribadah selama 60 tahun, Orang alim yang derajatnya sangat tinggi di sisi Allah, begitu pula para habaib anak cucu Nabi Muhammad SAW, tapi mereka tidak ada jaminan masuk surga, Hanya perempuan yang dapat jaminan masuk surga, Cucunya Nabi tidak ada jaminannya masuk surga, Mana haditsnya coba sebutkan, Mereka itu hanya manusia atau komunitas yang paling besar harapan dapat syafaatnya Nabi Muhammad, dapat kebaikannya Nabi Muhammad, dapat rahmatnya Nabi Muhammad, dapat terhubung dengan kemuliaan nasab Nabi Muhammad dengan dalil dalam hadits disebutkan oleh Nabi SAW

خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لِأَهْلِهِ، وَأَنَا خَيْرُكُمْ لِأَهْلِي

(HR Turmudzi),

Yang terbaik di antara kalian adalah yang terbaik pada keluarganya, Kalau kita ingin tahu siapa yang terbaik di sisi Allah di antara kita, yaitu yang paling baik pada keluarganya, Kalau keluarga kita mengatakan, kamu adalah suami terbaik, kamu adalah ayah terbaik, kamu adalah saudara yang terbaik, kamu adalah anak yang terbaik, berarti kita yang terbaik di sisi Allah, Itu tidak mudah, Kita harus berkorban energi, kita harus berkorban perasaan, kita harus berkorban harta benda, kita harus berkorban waktu, kita harus berkorban semuanya untuk mendapatkan gelar itu, Tidak mudah itu, Harus berakhlak yang baik,

Oleh karena itu, maka Nabi SAW bersabda وَأَنَا خَيْرُكُمْ لِأَهْلِي Dan aku yang terbaik pada keluargaku, Masa iya sih Nabi SAW berkata, “Aku yang terbaik bagi keluargaku,” lalu dibiarkan keluarganya memerlukan kepada syafaatnya tidak diberikan, keluarganya dalam keadaan bahaya tidak diselamatkan, keluarganya dalam keadaan kehausan lalu tidak diberikan minuman Hasya wa Kalla, hanya itu saja, Tapi perempuan bisa dapat jaminan masuk surga, Nabi SAW bersabda dalam hadits shohihnya

أَيُّمَا امْرَأَةٍ مَاتَتْ وَزَوْجُهَا عَنْهَا رَاضٍ دَخَلَتِ الْجَنَّة أيّتها شائتَ

أيُّمَا امْرَأةٍ مَاتَتْ ، وَزَوْجُهَا عَنْهَا رَاضٍ دَخَلَتِ الجَنَّةَ )) رواه الترمذي

(HR Turmudzi)

“Jika ada seorang wanita yang meninggal dunia, suaminya masih hidup dan dia mengatakan kepada istrinya yang sudah meninggal itu, ‘Aku ridho kepadamu, aku maafkan kepadamu,’” maka kata Nabi Muhammad, “Dia akan masuk surga dan silakan milih surga yang mana saja”, Itu hanya untuk wanita, itu kelebihannya wanita, Laki-laki yang manapun tidak dapat yang semacam itu, Mudah sekali kalau seumpama ada seorang wanita ingin mendapatkan derajat tinggi di sisi Allah, Mau jadi waliyah, mudah sekali,

Cuma katanya Imam Ghazali, yang namanya amal ibadahnya perempuan itu grafik naik turunnya itu cepat sekali, Sekali naik, cepet banget tingginya, Kalau turun, cepet banget turunnya, Sehingga kalau dilihat dengan grafik ya, itu turun naik, Malam jum’at naik, malam senin naik, jum’atnya turun lagi ke bawah, Karena menyenangkan suami, memuaskan suami, melegakan suami, membahagiakan suami, cepet tinggi dia, Tapi besoknya omelin suami, bikin marah suami, bikin galau pikiran suami, langsung turun lagi terjerembab ke bawah,

Coba perempuan istiqomah, cepat jadi wali, Tidak kebagian laki-laki wali karena wali itu cuma 124,000, Kalau seumpama para wanita itu kemudian berusaha untuk menjadi wali-Nya Allah, dengan menggunakan kesempatan yang digunakan oleh Allah Ta’ala dan diberikan seluas-luasnya dan selebar-lebarnya, habis kita tidak dapat jatah, Untungnya perempuan tidak menggunakan kesempatan itu, alhamdulillah bagi kaum laki-laki,

Oleh karenanya, lihat bagaimana Nabi SAW bersabda ketika datang Sayyidatuna Asma’ binti Yazid, “Ya Rasulullah, itu laki-laki enak banget tuh bisa haji kapan saja, Bisa shodaqoh kapan saja, Bisa jihad kapan saja, Kami di rumah, kami suruh jaga rumah, kami hanya mengurusi anak-anak, kami hanya menjaga harta suami, Apakah kami juga mendapatkan andil dan pahala daripada pahala yang mereka lakukan? Paling tidak bagi dua lah”,

Apa kata Nabi Muhammad? “Kalau kamu taat pada suamimu, kamu dapat ridho suamimu, itu lebih baik daripada haji yang mabrur, sedekah sebanyak-banyaknya dan jihad fii sabilillah”, Ingat ya, ridho itu gimana? Ridho itu sebuah ungkapan dan perasaan, bukan jawaban dari sebuah pertanyaan, Jadi jangan ditanyakan, wahai suamiku kamu ridho tidak sama aku, pasti dijawab ridho, Kalau dijawab tidak ridho, marah istrinya, Sebuah perasaan, sebuah ungkapan, sebuah kasih sayang dan itu dibuktikan dengan ungkapan dan perasaan juga,

Tapi sayangnya Nabi SAW menutup hadits itu dengan :

وَ قَلِيْلٌ مِنْكُنَّ مَنْ يَفْعَلْ

عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ ، قَالَ: " بَيْنَا نَحْنُ قُعُودٌ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذْ أَتَتْهُ امْرَأَةٌ ، فَقَالَتْ: يَا رَسُولَ اللَّهِ أَنَا وَافِدَةُ النِّسَاءِ إِلَيْك ، يَا رَسُولَ اللَّهِ : رَبُّ الرِّجَالِ وَرَبُّ النِّسَاءِ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ ، وَآدَمُ أَبُو الرِّجَالِ وَأَبُو النِّسَاءِ ، وَحَوَّاء أُمُّ الرِّجَالِ وَأُمُّ النِّسَاءِ ، وَبَعَثَكَ عَزَّ وَجَلَّ إِلَى الرِّجَالِ وَالنِّسَاءِ ، فَالرِّجَالُ إِذَا خَرَجُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَقُتِلُوا فَهُمْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ ، وَإِذَا خَرَجُوا فَلَهُمْ مِنَ الْأَجْرِ مَا قَدْ عَلِمْتَ، وَنَحْنُ نَخْدُمُهُمْ وَنحْبِسُ أَنْفُسَنَا عَلَيْهِمْ ، فَمَاذَا لَنَا مِنَ الْأَجْرِ؟ فَقَالَ لَهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ( أَقْرِئِي النِّسَاءَ مِنِّي السَّلَامَ وَقُولِي لَهُنَّ: إِنَّ طَاعَةَ الزَّوْجِ تَعْدِلُ مَا هُنَالِكَ ، وَقَلِيلٌ مِنْكُنَّ تَفْعَلُهُ

(HR Ibn Abi Dunya),

Tapi sedikit di antara kalian yang bisa melaksanakannya dan menerapkannya, Itulah untungnya Nabi SAW mengatakan demikian, karena kesempatan bagi laki-laki untuk jadi walinya lebih besar, Alhamdulillah,

Jadi kalau mau menggunakan kesempatan, ayo fastabiqul khairat,: لِمِثْلِ هَذَا فَلْيَعْمَلِ الْعَامِلُونَ

Itu kelebihannya, Kekurangannya banyak, Di antara kekurangannya, banyak wanita itu jadi janda sebelum duda suaminya, karena seperti tadi faktor-faktor telah disebutkan,

Kekurangannya apa lagi? Kekurangannya gampang sekali mendapatkan dosa karena memang sifatnya perempuan itu tidak pandai bersyukur, kemudian dia suka berbohong, Itu di antaranya kekurangan wanita,

Kemudian di antara kekurangannya juga, gampang melupakan sesuatu, Kita sebagai laki-laki harus memakluminya, Tapi bagi perempuan itu sebuah kekurangan yang harus dicermatinya, Jangan sampai itu terjadi kepadanya, Sehingga karena kesibukannya melihat segala sesuatu yang menjadi kesenangannya, sampai dia melupakan sesuatu yang wajib, Misalnya dia itu terlalu fokus dengan sesuatu yang menjadi hobinya, jadi lupa kewajibannya, Itu sifatnya perempuan,

Oleh karena itu, ternyata kita sebagai manusia yang laki maupun perempuan sama saja di mata Allah, Sama-sama mulianya, sama-sama tinggi derajatnya, tergantung kepada kita pelakunya mau diposisikan di posisi yang mana, Kalau kita ingin posisi yang paling tinggi silahkan bekerja, berusaha, beramal, Kita yang menentukan bukan orang lain,

Ingat, masing-masing di antara kita sendiri, Suami kita orang lain, istri kita orang lain, anak kita orang lain, semuanya orang lain, Kita mati sendirian, Kita akan dimasukkan ke liang lahat sendirian, Yang akan ditanya kita sendirian, tidak ada dibantu sama suami atau sama istrinya, Kita dibangkitkan sendirian, Kita di-hisab nanti sendrian, Kita ditentukan masuk surga atau neraka sendirian, tidak terkait dengan orang lain,

 

وَأَن لَّيْسَ لِلْإِنسَٰنِ إِلَّا مَا سَعَىٰ, وَأَنَّ سَعْيَهُۥ سَوْفَ يُرَىٰ

(Qs An Najm 39)

Tidak ada faedahnya suami, tidak ada faedahnya istri, tidak ada faedahnya anak-anak semuanya, kita sendiri, Lihat bagaimana Allah berfirman, bahwasanya setiap orang itu tergantung pada apa yang dia lakukan dan setiap perlakuan yang dia lakukan, akan ditampakkan di dunia sebelum di akhirat nanti,

إِنْ خَيْرًا فَخَيْرٌ وَ إِنْ شَرًّا فَشَرٌّ,

Kata Nabi SAW, kalau dia itu berbuat kebaikan, maka bahagia dia, senang dia, mudah semua urusannya, lapang segala kesulitannya, itu karena kebaikannya, Tapi kalau seumpama dia itu orang yang tidak baik, banyak berdosa, maka yang terjadi adalah dia akan mendapatkan banyak kesulitan demi kesulitan,

 

 

Post a Comment for "Mendidik Lelaki dan Perempuan Masa Depan"