Kita akan melanjutkan sesi kedua dari tema,
mana yang terbaik laki-lakikah ataukah wanita, Baik itu berupa anugerah anak
yang dilahirkan ataukah seorang manusia yang sudah dewasa, mana yang terbaik di
antara dua jenis manusia tersebut,
Semalam sudah kita bahas bahwasanya yang
terbaik di antara keduanya sudah diputuskan adalah yang paling bertakwa, bukan
laki-laki bukan perempuan, Tapi secara umum, memang ada sebuah kecenderungan
bahwasanya laki-laki lebih baik, Tapi secara umum dan itu pun berdasarkan
beberapa poin,
Poin yang pertama,
manusia yang pertama Allah ciptakan sebagai seorang laki-laki, sedangkan
perempuan diciptakan dari bagian laki-laki, Sedangkan poin yang kedua,
para Nabi yang berjumlah 124,000 Nabi, begitu pula para Rasul 315 Rasul mereka
semuanya adalah dari golongan laki-laki, Poin yang ketiga, Allah SWT
berfirman dalam Al-Qur’an (QS.An Nisa’ 34 )
الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ
Poin yang ke-4,
laki-laki sebagai seorang suami atau sebagai seorang ayah begitu pula sebagai
seorang kakek di dalam wilayah dan ranahnya, dia adalah seorang pemimpin, Yang
kelima, seorang sulton amirul mukminin yang dibaiat atau diangkat
sebagai seorang presiden bagi kaum muslimin secara syar’i, itu haruslah terdiri
daripada seorang laki-laki dan bukan dari kalangan perempuan, Poin yang ke-6,
laki-laki selalu diajak atau menjadi sasaran khitob syar'i, baik itu dalam
Al-Qur’an maupun dalam hadits Nabi SAW walaupun yang demikian itu juga berarti
bagi kalangan wanita seperti yang disebutkan dalam Al Qur’an :
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا أَقِمُوْا
الصَّلَاةَ وآتُوا الزَّكَاةَ,
(وَأَقِیمُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتُوا۟
ٱلزَّكَوٰةَ وَٱرۡكَعُوا۟ مَعَ ٱلرَّ ٰكِعِینَ)
[Surat Al-Baqarah 43]
Maka di sini disebutkan أقموا
berarti laki-laki yang disebutkan, bukan perempuan, Apakah berarti laki-laki
saja yang wajib shalat, perempuan tidak? Tidak, semuanya wajib shalat, Cuma di sini
disebutkan laki-laki, Ini menunjukkan bahwasanya laki-laki itu secara umum itu
lebih afdhol, Itulah yang menentukan bahwasanya laki-laki itu lebih afdhol dan
itu dari sisi kelebihannya laki-laki, Kekurangannya banyak, Kita akan bebicara
kekurangan laki-laki sebelum nanti kelebihannya wanita, Kekurangan laki-laki
banyak sekali, Di antaranya adalah laki-laki itu adalah manusia paling lemah
dibandingkan para wanita dan itu pun juga tergantung kepada individu, Ini
secara umum kita berbicara,
Laki-laki itu dia gampang stress, Dan
kalau kita pergi ke Rumah Sakit Jiwa yang ada di mana-mana kita lihat, isinya
lebih banyak laki-laki daripada perempuan, Yang demikian itu karena Allah
menciptakan mereka itu fokus, sedangkan wanita Allah ciptakan tidak fokus, Sehingga
dalam satu keadaan, laki-laki itu kalau jika ingin berhasil dalam tindakan,
ucapan, maupun yang sedang dilakoninya, maka dia harus fokus, Kalau tidak
fokus, maka berantakan, Tapi kalau perempuan bisa fokus dalam beberapa hal,
Sehingga kalau sudah terjadi sesuatu kepadanya, maka sulit dia itu mengelaknya
sehingga banyak yang stres ,banyak yang terbawa dengan masalah itu, hanyut
dengan masalah itu akhirnya berpenyakitan,
Oleh karenanya, salah satu fakta yang
terjadi di antara kita walaupun itu semuanya terkait dengan takdir, tapi kita
itu berbicara tentang ilmiah, Kita lihat lebih banyak dudanya atau lebih banyak
jandanya yang tersebar di antara kita? Jawabannya adalah banyak lebih banyak
duda, Kenapa? Dibuat sebuah penelitian bahwasanya laki-laki itu lebih lapang
dadanya, lebih bisa menahan emosinya, lebih bisa bertahan di dalam posisinya
sehingga kalau ada masalah, dia tidak ungkapkan, tapi dia simpulkan dan dia
kumpulkan dalam hatinya, terpendam, Walaupun itu menjadi sebuah beban pikiran
baginya apalagi terkait dengan istrinya, dia itu takut kepada istrinya misalnya,
seperti umumnya para lelaki sekarang ini, maka akhirnya disimpan, tidak
disampaikan yang berakibat akhirnya dia banyak mengidap penyakit, dan akhirnya
lebih banyak yang mati duluan laki-laki ketimbang para perempuan, Ini salah
satu contohnya kekurangan laki-laki, Kenapa? Karena terlalu fokus, terlalu
serius, Itu laki-laki,
Sehingga kita lihat, banyak orang-orang
gila itu atau yang berpenyakitan yang menyebabkan kematian itu adalah, lebih banyak
laki-lakinya ketimbang perempuannya, Bahkan nanti di akhir zaman, laki-laki itu
sedikit dan perempuan itu banyak, Bukan hanya karena proses kelahiran laki-laki
itu sedikit dan perempuan itu lebih banyak, tapi karena memang tambah akhir
zaman, tambah banyak penyakit-penyakit yang terkait dengan beban,
Mohon maaf, kalau kita belajar ilmu medis,
kita akan dapatkan kesimpulan daripada mereka para pakar medis, bahwasanya
semua penyakit faktor utamanya bukanlah makanan, bukanlah pola hidup, tapi
faktor utamanya itu adalah pikiran, 70% karena pikiran, yang paling banyak
pemikir ini itu adalah laki-laki, Dan dengan adanya medsos yang sekarang ini
laki-laki paling banyak bersekongkol, paling banyak yang berkomunikasi, paling
banyak yang menggunakan medsos-medsos ini, padahal tanpa disadari oleh mereka,
setiap kita buka suatu medsos, maka kita akan terkait dengan suatu pikiran dan
itu akan membebaninya, Belum selesai kita memikirkan, kita buka lagi medsos
yang lainnya tambah lagi pikirannya, Buka lagi yang lainnya, tambah lagi
pikirannya dan begitu seterusnya, dan akhirnya hang,
Oleh karenanya, coba bagi kita baik
laki-laki maupun perempuan, kalau kita ingin hidup nikmat bahagia, coba
handphone itu letakkan satu minggu saja, Jangan pakai handphone, kita akan
rasakan bedanya, Minggu-minggu kita pakai handphone dan minggu-minggu kita
tidak pakai handphone, Jadi dengan banyaknya medsos, dengan banyaknya aplikasi
yang ada di handphone itu, sekarang banyak memunculkan pikiran-pikiran dan
beban-beban di dalam seorang laki-laki dan itu memicu laki-laki tersebut untuk
berpenyakitan, Beda kalau perempuan, dia tidak terlalu serius karena yang
dipikirkan banyak hal,
Oleh karenanya, dikatakan syahwatnya
laki-laki itu satu, syahwatnya perempuan itu ada 9, Itu bukan syahwat libido
yang dimaksudkan atau syahwat kepada lawan jenis, Akan tetapi, maksudnya itu
syahwat-syahwat yang diinginkan, banyak hal bukan satu hal, Tapi kalau
laki-laki itu fokus dalam satu hal, Itu di antara kekurangan yang sangat besar,
Kemudian kekurangan-kekurangan yang lainnya adalah, laki-laki sebagai laki-laki
sangat terbebani dengan banyak beban, sementara wanita sebaliknya, Nanti kita
akan bahas apa kelebihan seorang wanita itu, Laki-laki sebagai seorang suami
bertanggung jawab terhadap istrinya, laki-laki sebagai ayah dia bertanggung
jawab terhadap anak-anaknya, laki-laki sebagai kakek dia itu bertanggung jawab
terhadap anak-anak dan cucu-cucunya, Sebagaimana Nabi SAW bersabda
كُلُّكُمْ رَاعٍ، وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
Setiap kalian itu bertanggung jawab, dan setiap
pertanggungjawaban itu akan dimintakan pertanggungjawabannya di depan Allah SWT, (HR.MUSLIM)
Mohon maaf, setiap suami yang melihat
dengan mata kepala sendiri istrinya berbuat dosa, lalu dia mendiamkan,
membiarkan, dia juga terikut di dalam dosanya, sehingga dia termasuk yang
terhitung sama dosa seperti istrinya karena dia membiarkan,
الرِّجَالُ
قَوَّامُونَ
(QS An Nisa 34)
Harusnya dia larang, Harusnya dia cegah
sebagai seorang pemimpin, sebagai seorang kepala keluarga, sebagai seorang imam
ketika terjadi kepada makmumnya, dia harus tegar, Begitu pula kepada seorang
ayah, anak istrinya keluar tanpa jilbab, anak istrinya keluar dengan pacaran
dan sebagainya, anak istrinya melakukan suatu dosa, tapi dia diamkan, dia biarkan,
maka akan menjadi tanggung jawabnya dia,
Oleh karenanya, coba lihat bagaimana
tuntutan yang Allah ceritakan melalui lisan Nabi kita mulia, Nabi Muhammad SAW
dalam haditsnya, Ketika beliau itu bercerita tentang ada 1 orang ahli masjid,
ahli ibadah, ahli puasa, ahli sedekah, tapi ternyata ketika dihisab, sudah
hampir diputuskan dia itu ahli surga karena memang amaliyah kebaikan itu lebih
banyak daripada amal maksiatnya, ternyata ada yang menuntutnya sehingga
kemudian Allah Ta’ala mengatakan kepadanya, “Tunggu dan dengarkan apa isi
tuntutannya”, Ternyata yang menuntut adalah anak dan istrinya, Oleh karenanya,
Allah SWT berfirman dalam Al Qur’an
إِنَّ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ وَأَوْلَادِكُمْ عَدُوًّا لَكُمْ فَاحْذَرُوهُمْ
Sesungguhnya di antara anak
dan istri kalian itu adalah musuh bagi kalian,
(QS At Taghobun 14)
Disebutkan dalam sebuah ayat :
يَوْمَ
يَفِرُّ الْمَرْءُ مِنْ أَخِيهِ وَأُمِّهِ وَأَبِيهِ وَصَاحِبَتِهِ وَبَنِيهِ
لِكُلِّ امْرِئٍ مِنْهُمْ يَوْمَئِذٍ شَأْنٌ يُغْنِيهِ
(QS
Abasa 34 – 37)
Karena saling keterkaitan, Kita saling
berkait, Oleh karena itu, jangan salahkan kalau suami itu memberikan nasehat
pada istrinya karena dia bertanggung jawab di depan Allah SWT, Istri tanggung
jawab suami, anak tanggung jawab orang tua, anak cucu tanggung jawab kakeknya
dan begitu seterusnya, Sampai kapan? Sampai kita mati,
وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِيْنُ
(QS An Nahl
99) ,
Dan hendaknya kalian itu
beribadah kepada Allah sampai kamu meninggal, Sehingga kemudian
diperintahkan untuk mendengar, Lihat apa itu, yang menjadi tuntutannya itu
dengarkan, Ternyata tuntutannya berbunyi begini, dan semoga kita bukan termasuk
yang dituntut oleh anak dan istri kita, Disebutkan di dalam kitab Ihya
Ulumuddin oleh Al-Imam Muhammad bin Muhammad bin Muhammad Al Ghazali RA,
di mana beliau katakan :
يَا رَبَّنَا, خُذْ حَقَّنَا مِنْهُ,
فَإِنَّهُ لَا يُعَلِّمُوْنَ مَا نَجْهَلُهُ وَ كَان يُطْعِمُوْناَ الْحَرَامَ وَ
نَحْنُ لَا نَعْلَمُ,
Wahai Tuhan kami, hendaknya
aku tuntut keadilan-Mu, Aku berada di sini karena berzina, Aku berada di sini
karena mengejek orang lain, menghina orang lain, Aku berada di sini karena
tidak shalat, Aku berada di sini karena pacaran, Aku berada di sini karena
menampakan auratku, Aku berada di sini, semuanya itu karena orang ini,
Tidak dikatakan lagi, karena papaku karena suamiku, tapi dikatakan, karena
orang ini, Kenapa dia? Katanya dua hal alasan yang disebutkan, Katanya yang
pertama adalah :
لَا يُعَلِّمُوْنَ مَا نَجْهَلُهُ
Dia tidak pernah mengajari
kami apa yang seharusnya kami ketahui,
Hati-hati, kalau kita tidak punya cukup
ilmu agama untuk mengajari anak istri kita, maka serahkan anak istri kita
kepada kyai, kepada ustadz, kepada habib untuk hadir majelis-majelis yang ada
di sekitar kita untuk mereka itu belajar, untuk mereka itu mondok pesantren dan
sebagainya, atau masuk ke Madrasah Diniyah, Sehingga kalau sudah mereka baligh
setelah kita masukkan Pondok Pesantren, lepas tanggung jawab kita, Kalau setiap
ada dosa yang dilakukan, walaupun dia tidak tahu bahwasanya itu adalah dosa,
maka kita yang bertanggung jawab, Kenapa? Kita bertanggung jawab kepada mereka
itu bukan hanya urusan dunia, kita bukan hanya diminta pertanggungjawaban untuk
dia makan, untuk dia minum, Allah berfirman dalam Al Qur’an
وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا ۖ لَا نَسْأَلُكَ
رِزْقًا ۖ نَّحْنُ نَرْزُقُكَ ۗ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَىٰ
Dan hendaknya perintahkan keluargamu untuk sholat dan
sabarlah di dalam memberikan perintah itu,(Qs At Thoha 132)
Sholat itu adalah sebuah symbol, sebuah
ikon, Tapi maksudnya adalah shalat, zakat, puasa, haji, umroh, Kasih tahu bahwasanya
harom berzina, haram berbohong, harom berghibah, harom memfitnah, Dan
sabarlah dalam memberitahukan itu, karena Allah Ta’ala tahu untuk
memberikan kita arahan kepada agama itu pasti ditolak, selalu salah sangka,
selalu dimusuhi, selalu dikucilkan, selalu diejeknya,
يَا حَسْرَةً عَلَى
الْعِبَادِ مَا يَأْتِيْهِمْ
مِنْ رَسُوْلٍ إِلَّا كَانُوْا بِهِ يَسْتَهْزِئُوْنَ
(Qs Yasin 30),
Alangkah ruginya bagi
hamba-hamba itu, Setiap datang ustadznya, setiap datang
kyainya, setiap datang habibnya, setiap datang walinya, setiap datang suaminya,
setiap datang ayahnya memberikan nasehat-nasehat agama, mereka itu merendahkan,
mereka itu mempermainkan, mereka itu menertawakan, Ini yang terjadi, Kalau kita
tidak mampu serahkan kepada para kyai, para alim ulama,
Memang disebutkan bahwasanya :
أَوَّلُ مَا يُحْرَمُ بَرَكَةُ
الْعَالِمِ أَهْلُهُ وَ وَلَدُهُ,
Pertama kali yang akan diharamkan daripada seorang alim
itu, justru anak dan istrinya,
Kok bisa? Karena ada kolaborasi di situ
antara setan dan hawa nafsu itu, Setan dan hawa nafsu itu memunculkan suatu
realita dalam kehidupan mereka bahwasanya ayahnya orang biasa kok, ayahnya
juga main bola, ayahnya juga makan banyak, ayahnya begini begitu, dan
sebagainya, Bukan orang besar, walaupun orang-orang itu husnudzon kepada
ayah saya, Sehingga dikecilkan, direndahkan, Tapi kalau kepada orang lain,
dia memuliakan, Sehingga dikatakan, orang kalau kelilipan, tidak bisa dia
menghilangkan kelilipannya, kecuali meminta bantuan kepada orang lain, Coba
kalau kita kelilipan, kalau kelilipan apa yang kita lakukan? Ditiup ya kan,
Siapa yang meniup? Diri kita sendiri? Tidak bisa,
Dokter sakit, siapa yang menyembuhkan?
Dokter lainnya, Bukan dokter dia, Itu yang terjadi, Sehingga banyak yang orang
tuanya alim, orang tuanya kyai, orang tuanya habib, orang tuanya da’i, tapi
anaknya tidak mengambil faedah dari orang tuanya tersebut, Itu sebuah kerugian,
Tapi sekali lagi tugasnya orang alim walaupun dia seorang ayah, tugasnya orang
alim walaupun dia seorang suami, tugasnya orang alim walaupun dia seorang kakek
tidak lebih daripada sekedar :
وَمَا عَلَيْنَا
إِلَّا الْبَلَاغُ
Kami tidak punya kewajiban
kecuali hanya menyampaikan, Yang mau mendengarkan penyampaian saya, fadhol,
Yang tidak mau, ya sudah, Yang penting saya sudah sampaikan, Saya sampaikan
bukan di luar, saya sampaikan di rumah sendiri, saya sampaikan bukan di luar
kota, saya sampaikan di dalam rumah sendiri, tapi mereka etidak mau
mengambilnya, ya sudah kita lepas daripada tanggung jawab, kita terhadap
kewajiban, Itu yang terjadi, Itu tuntutan pertama,
Tuntutan yang kedua, yang berbahaya bagi
seorang laki-laki itu adalah :
وَ
كَان يُطْعِمُوْناَ الْحَرَامَ وَ نَحْنُ لَا نَعْلَمُ
Tugas mencari rizki adalah tugasnya
laki-laki, Dan Nabi kita Muhammad SAW 1400 tahun yang lalu, beliau telah
menyinggung :
سَيَأْتِي
عَلَيْكُمْ زَمَانٌ هَلَكُ الرَّجُلِ عَلَى يَدَيْ أَبَوَيْهِ
(HR ,
Tapi di dalam
hadits lain Nabi SAW, mengatakan :
هَلَكُ
الرَّجُلِ عَلَى يَدَيْ زَوْجَتِهِ وَ وَلَدِهِ,
Seseorang itu akan binasa
justru di tangan istri dan anak-anaknya,
ﻳﺄﺗﻲ
ﻋﻠﻰ اﻟﻨﺎﺱ ﺯﻣﺎﻥ ﻳﻜﻮﻥ ﻫﻼﻙ اﻟﺮﺟﻞ ﻋﻠﻰ ﻳﺪ ﺯﻭﺟﺘﻪ ﻭﺃﺑﻮﻳﻪ ﻭﻭﻟﺪﻩ
(HR Al Kahattabi dan
Al Baihaqi)
Kenapa demikian? يعيّرونه mereka itu mengejeknya, Kamu masa tidak bisa
sih seperti dia tuh, dia bisa cari uang banyak, bisa begini, bisa begitu,
akhirnya karena tersudut terus, mereka menggunakan dan melakukan segala cara
untuk mendapatkan harta, Mencuri sana mencuri sini, menipu sana menipu sini,
menilap sana menilap sini, Karena itulah akhirnya mereka menjadi pendosa dan
pendosa, sebabnya keluarganya,
Berbeda dengan orang dahulu, Kalau orang
dahulu atau wanita itu, atau para istri itu, setiap kali akan melepaskan
suaminya bekerja, maka dia berpesan dulu, Apa pesannya mereka? Pesannya mereka
berkata begini, “Wahai suamiku, kami tahan untuk tidak makan beberapa hari,
kami tahan untuk kepanasan karena matahari, kami tahan untuk tidak tidur
beberapa hari, tapi kami tidak akan tahan dengan panasnya api walaupun itu api
dunia, apalagi api akhirat”,
Maksudnya apa? Jangan engkau bawa ke rumah
ini, kecuali harta yang halal, Itu mereka dulu membantu suaminya untuk mereka
itu mencari rezeki yang halal, rezeki yang menjadi sumber kemudian orang yang
memakannya akan melaksanakan dan menggunakan energinya untuk beribadah untuk
mendekatkan diri pada Allah Ta’ala, Karena Nabi SAW telah bersabda :
مَنْ أَكَلَ الْحَرَامَ عَصَتْ جَوَارِحُهُ شَاءَ أَمْ أَبَى عَلِمَ أَوْ لَمْ يَعْلَمْ,
Yang artinya, orang yang memakannya itu
daripada barang-barang yang diharamkan, mau tidak mau anggota badannya akan
digunakan untuk bermaksiat,
قال سهل التستري : ( من أكل الحلال
أطاع الله شاء أم أبى ، ومن أكل الحرام عصى الله شاء أم أبى ).
Mau tidak mau, sengaja atau tidak sengaja,
begitu terjadinya, Sebagaimana sebaliknya :
مَنْ أَكَلَ الْحَرَامَ أَطَاعَتْ جَوَارِحُهُ شَاءَ أَمْ أَبَى عَلِمَ أَوْ لَمْ يَعْلَمْ
, مَنْ أَكَلَ الحلال أَطَاعَتْ جَوَارِحُهُ شَاءَ أَمْ أَبَى عَلِمَ أَوْ لَمْ يَعْلَمْ
Barangsiapa yang makanannya itu adalah halal, mau tidak mau
dia akan gunakan semua komponen badannya, anggota tubuhnya untuk beribadah,
sengaja tidak sengaja, itu yang terlaksana, Berkat apa?
Sumbernya halal,
Sekarang tidak peduli, “Abang datang bawa
uang, abang sayang, Datang tidak bawa uang, abang tak tendang”, Itu kalau
sekarang,
Oleh karenanya hati-hati bagi laki-laki,
yang tegas itu yang bertanggung jawab :
وَ
كَان يُطْعِمُوْناَ الْحَرَامَ وَ نَحْنُ لَا نَعْلَمُ
Bahkan para istri kita, anak kita tidak
tahu makanan kita, yang kita bawa ini makanan halal atau haram, uang yang kita
bawa masuk ke rumah kita, mereka tidak tahu ini adalah uang halal atau haram,
Harusnya, mestinya, seyogyanya orang yang makan harom, tidak tahu, maka tidak
dosa,
Misalnya saya dikasih kopi sama saya punya
ipar Habib Syafiq yang mau buat pesantren insya Allah di Sukabumi, Kita doakan
semoga dimudahkan dan beliau termasuk yang ahlinya untuk mengawasi, membina dan
mengasuh pondok pesantren, Aamiin Yaa Robbal ‘aalamiin, Beliau membuat
minuman buat saya, Ternyata entah sengaja atau tidak disengaja kopi ini
dicampur dengan arak oleh Habib Syafiq, Saya minum dosa tidak? Kenapa tidak
dosa? Soalnya saya tidak tahu,
رُفِعَ
الْقَلَمُ عَنْ ثَلاَثٍ,
Diangkat yang namanya kelakuan atau tindakan dosa itu
daripada 3 hal, di antaranya kalau tidak tahu,
Tidak tahu kita kalau ini adalah khomr,
maka dimaafkan, Tapi masalahnya, walaupun saya tidak haram meminumnya karena
saya tidak pernah minum arak, dan semoga terus begitu sampai akhir hayat nanti,
saya minum satu teguk karena saya tidak pernah minum arak, kira-kira mabuk
tidak? Pikirkan, camkan baik-baik, Apa yang kita makan itu pengaruhnya besar,
Kita makan etidak sengaja, minum khomr tidak sengaja, tidak papa, tapi
pengaruhnya ada, Apa itu? Kita mabuk,
Sama seperti itu, Ketika kita itu berikan
makanan kepada keluarga kita, istri kita, anak kita makanan yang haram, padahal
makanan itu adalah sesuatu yang tidak halal, maka akan masuk ke dalam tubuh
mereka dan akan menjadi sebab setan lebih mudah masuk ke dalamnya, bisikan hawa
nafsu lebih mudah untuk menjerumuskannya, ibadah dan taat sangat sulit untuk
dilaksanakan dan diterapkannya karena sumbernya harom,
Oleh karenanya, setan itu makhluk Allah
yang pintar, bukannya bodoh, Jadi jangan katakan Habib Segaf sudah S3 berarti
doktor, berarti setan tidak bakal bisa mengalahkannya, Siapa bilang? Saya
doktor S3, itu S nya baru tiga, Setan itu S-nya sudah ribuan, Jadi
pengalamannya setan itu kalau kita ingin tahu, kalau masehi itu umurnya berapa?
2020 ya kan, dari mulai lahir Nabi Isa, Nabi Isa termasuk Nabi yang terakhir
sebelum Nabi Muhammad, Masih ada 124,000 Nabi terutama Nabi Adam, Kita tidak
tahu berapa juta lalu atau berapa ratus ribu tahun yang lalu kita tidak faham,
Tapi setan sudah ada,
Habil, Qabil dari mulai pertama kali
digodanya terus itu diajarkan, Kalau seumpama di dalam sebuah akademi atau
pendidikan, almamater pendidikan tingkat tinggi misalnya, yang terbaik itu
mereka itu membuat seminar sebanyak mungkin, Paling banyaknya 1 bulan itu
paling 6 kali, itu sudah luar biasa, Setas itu membuat diklat membuat seminar
untuk anak-anak buahnya dan kroni-kroninya, itu setiap hari, Gimana caranya
menaklukan ini, gimana caranya begini, diajarkan, Jangan kita merasa aman
daripada setan,
Oleh karena itu, maka kalau seumpama dia
tidak pernah belajar, tidak pernah dengar kepada seorang kyai, kepada seorang
ustad, kepada seorang habib, kepada seorang da’i, bagaimana dia itu akan
selamat, tidak tahu caranya, bagaimana selamat daripada tipuan setan? Hidup ini
susah, hidup ini berat, hidup ini penuh dengan hadangan dan rintangan, Kalau
kita tidak tahu ilmunya, bagaimana kita akan selamat?
Oleh karena itu, maka itu di antara
tanggung jawab yang besar, Bahkan disebutkan di dalam tuntutan itu :
وَ
كَان يُطْعِمُوْناَ الْحَرَامَ وَ نَحْنُ لَا نَعْلَمُ
Kami tidak tahu kalau itu adalah haram,
Itu kekurangannya,
Sekarang kita akan berbicara kelebihan
wanita dan kekurangannya, Apa kelebihan wanita? Wanita itu bisa mendapatkan
pahala yang banyak dengan mudah, Beda kalau laki-laki, Sesuai dengan ciptaan
Allah SWT, Allah Ta’ala menciptakan semua makhluknya dari mulai manusia, jin,
malaikat, setan ataupun makhluk yang mati, misalnya gurun pasir, tanah liat,
pegunungan, lautan, sungai, sumber air, sumur, matahari, bulan, bintang
gemintang dan sebagainya, semuanya itu ada sisi kekurangannya, ada sisi
kelebihannya, Allah Maha Adil, Itulah hebatnya Allah Ta’ala,
Untuk apa? Menunjukkan pada kita semuanya,
kecuali Allah dan untuk menerapkan keadilan Allah SWT, sehingga kemudian Allah
menerapkan keadilan dalam ciptaan-Nya, Setiap ada ciptaan, di situ ada
kelebihan, ada kekurangan, Di gunung, dingin, tapi menanjak ke atas, tapi sulit
dapat air, Di gurun pasir panas, tapi tidak repot-repot naik ke atas, Laut,
luas tapi asin, Sungai, tawar tapi kecil, Ikan asin, ikan laut sama ikan sungai,
ada kelebihannya, ada kekurangannya, Semuanya seperti itu, kecuali Allah Ta’ala
dan para Nabi-Nabi-Nya, dalam hal-hal tertentu, Tetapi dalam hal yang lainnya,
tetap dalam kodratnya ciptaannya itu, Perempuan itu mudah untuk meraih ridho
Allah,
Coba kita lihat bagaimana Nabi Muhammad
SAW, memastikan jika dilakukan oleh seorang wanita, maka dia pasti akan
mendapatkan surga, Apakah yang dipastikan media atau wasilah atau perantara
untuk mendapatkan ridho Allah dan surga-Nya adalah suatu pekerjaan yang berat? Nabi
SAW bersabda :
إِذَا صَلَّتِ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا ، وَصَامَتْ
شَهْرَهَا ، وَحَفِظَتْ
فَرْجَهَا ، وَأَطَاعَتْ زَوْجَهَا, دَخَلَتِ الْجَنَّةَ مِنْ أَيِّ بَابٍ شَاءَتْ
(HR Ahmad),
إِذَا صَلَّتْ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا وَصَامَتْ شَهْرَهَا
وَحَفِظَتْ فَرْجَهَا وَأَطَاعَتْ زَوْجَهَا قِيلَ لَهَا ادْخُلِي الْجَنَّةَ مِنْ
أَيِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شِئْتِ
(HR AHMAD)
Jika seorang wanita itu sholat
lima waktu, tidak usah sholat dhuha, tidak usah shalat qobliyah
ba’diyah, tidak usah shalat witir, Itu kalau mau dapat surga standar ya, bukan
surga yang tinggi,
وَصَامَتْ شَهْرَهَا
Dan puasa di bulan Romadhon, tidak
usah puasa asyuro’, tidak usah puasa arafah, Ini kita bicara surga standar,
وَحَفِظَتْ فَرْجَهَا
Dia menjaga kemaluannya,
sampai dia mati etidak pernah dia gunakan untuk bermaksiat, tidak pernah
selingkuh, tidak pernah berzina,
وَأَطَاعَتْ زَوْجَهَا
Dan dia taat kepada suaminya,
Kenapa Nabi SAW menyebutkan itu terakhir? Karena lebih sulit daripada yang
sebelumnya, Tapi kita pandang lebih mudah, tapi ternyata lebih sulit karena
berinteraksi dengan orang yang hidup, yang mempunyai perasaan, yang mempunyai
tindakan, yang punya budaya, yang punya adat istiadat,
Berbeda kalau kita shalat, Yang penting
kita rukuk, kita niat, kita i’tidal, kita doa, kita etidak boleh berbicara,
kita harus diam, kita harus jaga daripada najis adalah sesuatu yang mudah,
sesuatu yang baku, Begitu pula haji, begitu juga menjaga kemaluan, Tapi kalau
taat kepada suami, suaminya temperamen, suaminya orang tidak punya, suaminya
wajahnya kurang ganteng, suaminya kurang cerdas, suaminya kurang peka, suaminya
begini begitu dan sebagainya, tapi yang pasti adalah siapa yang memberikan
suami setiap wanita? Jawabannya adalah Allah, Kenapa Allah telah menentukan
suami itu untuk kita? Ujian baginya, dia sasarannya, dia mau diangkat
derajatnya, dia akan diberikan pahalanya, dia akan dimuliakan, Begitu pula
sebaliknya, dia akan dihinakan, dia akan dimasukkan neraka karena suami itu,
Oleh karena itu, Nabi SAW cuma
mengandalkan empat saja standart surga kita dapatkan, Oleh karena itu, taat
kepada suami merupakan ibadah yang paling sulit dilakukan oleh seorang wanita,
Jangan keluar rumah, kecuali dengan izinnya, itu sulit, Allah Rasulullah yang
melarang, bukan suami, Tidak berhak suami mengatakan, “Kamu keluar tidak usah
pakai izin ya, keluar aja”, Itu tidak boleh, Itu perintah Allah, regulasi
daripada Allah yang terkait dengan manusia, supaya dia itu selalu ingat dosanya
pemimpinnya, bukan aku pemimpinnya, itu adalah suami itu maksudnya, Sebagaimana
kenapa kita ada sunnah-sunnah Nabi? Supaya kita ingat Nabi Muhammad, Kalau
ingat Nabi Muhammad, otomatis ingat Allah dan itu menjadi sebab utama kenapa
banyak orang yang terjerumus ke dalam dosa dan dosa, nasibnya sial dan apes,
Kenapa?
وَلا تَكُونُوا كَالَّذِينَ نَسُوا اللَّهَ فَأَنْسَاهُمْ أَنْفُسَهُمْ
(QS Al Hasyr 19)
Karena mereka lupa pada Nabi Muhammad,
Lupa pada Nabi Muhammad, maka lupa pada Allah, Lupa pada Allah ,maka hilang
kesempatan-kesempatan yang harusnya dia gunakan, Itu yang terjadi, Berarti kita
harus mengambil hatinya suami? Bukan, Bukan ridho suami yang dicari, Cuma
karena ridho-Nya Allah itu tergantung pada ridhonya suami, maka kita harus
mencari ridhonya dan itu karena rahmat Allah, mudah sekali, Coba kalau seumpama
kita dikatakan bahwasanya setiap wanita harus mencari ridhonya Allah, gimana
cara tahu kita ridho-Nya Allah? Akhirnya Allah Ta’ala dengan rahmat dan mudah-Nya
dikatakan bahwasanya setelah wanita bersuami, maka ridho-Nya di dalam ridhonya
suami, Tinggal cari ridhonya suami, mudah sekali,
Suami dikasih uang, ridho kan? Suami
dipijat ridho kan? Suami dilayani dengan baik, ridho kan? Mankanya Nabi SAW
bersabda, istri yang shalihah itu yang menjadikan suaminya bagaikan raja,
bukan malah disuruh-suruh, Jadikan sebagai raja, Dia mau mandi dilayani,
dia mau tidur dilayani, dia mau makan dilayani, dia mau berangkat dilayani, dia
mau apa saja dilayani, Dia sebagai pelayannya, Dia harus siap 24 jam untuknya,
melebihi daripada tanggung jawabnya kepada anak-anaknya, Itu adalah istri yang
sholihah, Tidak mudah itu kalau bukan karena hidayah daripada Allah Ta’ala,
Walaupun terkadang ada suami yang etidak ingin dengan tuntutan itu, tapi Allah
yang memerintahkan, Nabi Muhammad yang memerintahkan,
Oleh karenanya, di sini kita shalihah itu
untuk siapa? Banyak yang salah persepsi, Disangkanya kita kalau sholihah itu
untuk suami, ya salah, Kenapa mau sholihah? Biar suaminya itu etidak kawin lagi,
Tidak ada hubungannya, itu hubungannya dengan takdir Allah, Kita itu sholihah
karena Allah memerintahkan, Kita ini sholihah karena Nabi Muhammad
memerintahkan, Kita sholihah karena ingin mendapatkan ridho-Nya Allah, bukan ridho
suami ini,
Kalau suami yang ada sekarang ini beban,
Tidur ngorok, tidak mandi bau, taunya Cuma perintah-perintah, Itulah suami,
Tapi karena itu perintah Allah, kita harus taat, Harusnya seperti itu cara
memandangnya para istri pada suaminya, sehingga dia itu ta’dzim kepada
suaminya bukan karena suami, tapi karena Allah, Sebagaimana kita shalat :
أُصّلِّي
فَرْضَ الْمَغْرِبِ ثَلَاثَ ركْعَةٍ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاًء مَأْمُوْمًا
لِلهِ تَعَالَى,
Kenapa jadi sholihah? Lillahi Ta’ala,
Kenapa melayani suami? Lillahi Ta’ala, bukan karena suami itu, Apa bisanya
suami? Ngasih uang? Belum tentu uang yang kita harapkan dapat dari dia itu
seperti yang kita angan-angankan, Allah yang memberikan uang, Allah yang
memberikan kebahagiaan, Allah yang memberikan semuanya, Kita lakukan karena
Allah, kita sholihah karena Allah, Itu yang harus diketahui oleh para istri,
sehingga dia itu kemudian menjadi sholihah itu karena Allah, bukan karena suami,
Tidak ada kaitannya sama suami, Suami itu
cuma wasilah, suami itu cuma media, Kemudian makhluk Allah yang laki-laki
banyak modelnya, bentuknya, begitu pula jobnya, Di antara mereka ada yang
presiden, pejabat yang dikatakan oleh Nabi SAW, satu hari para pejabat itu
kalau dia itu adil dan amanah seperti beribadah selama 60 tahun, Orang alim
yang derajatnya sangat tinggi di sisi Allah, begitu pula para habaib anak cucu Nabi
Muhammad SAW, tapi mereka tidak ada jaminan masuk surga, Hanya perempuan yang
dapat jaminan masuk surga, Cucunya Nabi tidak ada jaminannya masuk surga, Mana
haditsnya coba sebutkan, Mereka itu hanya manusia atau komunitas yang paling
besar harapan dapat syafaatnya Nabi Muhammad, dapat kebaikannya Nabi Muhammad,
dapat rahmatnya Nabi Muhammad, dapat terhubung dengan kemuliaan nasab Nabi
Muhammad dengan dalil dalam hadits disebutkan oleh Nabi SAW
خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لِأَهْلِهِ، وَأَنَا خَيْرُكُمْ لِأَهْلِي
(HR Turmudzi),
Yang terbaik di antara kalian adalah yang
terbaik pada keluarganya, Kalau kita ingin tahu siapa yang terbaik
di sisi Allah di antara
kita, yaitu yang paling baik pada keluarganya, Kalau keluarga kita mengatakan, kamu
adalah suami terbaik, kamu adalah ayah terbaik, kamu adalah saudara yang
terbaik, kamu adalah anak yang terbaik, berarti kita yang terbaik di sisi
Allah, Itu tidak mudah, Kita harus berkorban energi, kita harus berkorban
perasaan, kita harus berkorban harta benda, kita harus berkorban waktu, kita
harus berkorban semuanya untuk mendapatkan gelar itu, Tidak mudah itu, Harus
berakhlak yang baik,
Oleh karena itu, maka Nabi SAW bersabda وَأَنَا خَيْرُكُمْ لِأَهْلِي Dan
aku yang terbaik pada keluargaku, Masa iya sih Nabi SAW
berkata, “Aku yang terbaik bagi keluargaku,” lalu dibiarkan keluarganya
memerlukan kepada syafaatnya tidak diberikan, keluarganya dalam keadaan bahaya
tidak diselamatkan, keluarganya dalam keadaan kehausan lalu tidak diberikan
minuman Hasya wa Kalla, hanya
itu saja, Tapi perempuan bisa dapat jaminan masuk surga, Nabi SAW bersabda
dalam hadits shohihnya
أَيُّمَا امْرَأَةٍ مَاتَتْ وَزَوْجُهَا عَنْهَا رَاضٍ دَخَلَتِ الْجَنَّة أيّتها شائتَ
أيُّمَا
امْرَأةٍ مَاتَتْ ، وَزَوْجُهَا عَنْهَا رَاضٍ دَخَلَتِ الجَنَّةَ )) رواه الترمذي
(HR Turmudzi)
“Jika ada seorang wanita yang meninggal
dunia, suaminya masih hidup dan dia mengatakan kepada istrinya yang sudah
meninggal itu, ‘Aku ridho kepadamu, aku maafkan kepadamu,’” maka kata Nabi
Muhammad, “Dia akan masuk surga dan silakan milih surga yang mana saja”, Itu hanya
untuk wanita, itu kelebihannya wanita, Laki-laki yang manapun tidak dapat yang
semacam itu, Mudah sekali kalau seumpama ada seorang wanita ingin mendapatkan
derajat tinggi di sisi Allah, Mau jadi waliyah, mudah sekali,
Cuma katanya Imam Ghazali, yang namanya
amal ibadahnya perempuan itu grafik naik turunnya itu cepat sekali, Sekali naik,
cepet banget tingginya, Kalau turun, cepet banget turunnya, Sehingga kalau
dilihat dengan grafik ya, itu turun naik, Malam jum’at naik, malam senin naik,
jum’atnya turun lagi ke bawah, Karena menyenangkan suami, memuaskan suami,
melegakan suami, membahagiakan suami, cepet tinggi dia, Tapi besoknya omelin
suami, bikin marah suami, bikin galau pikiran suami, langsung turun lagi
terjerembab ke bawah,
Coba perempuan istiqomah, cepat jadi wali,
Tidak kebagian laki-laki wali karena wali itu cuma 124,000, Kalau seumpama para
wanita itu kemudian berusaha untuk menjadi wali-Nya Allah, dengan menggunakan
kesempatan yang digunakan oleh Allah Ta’ala dan diberikan seluas-luasnya dan
selebar-lebarnya, habis kita tidak dapat jatah, Untungnya perempuan tidak
menggunakan kesempatan itu, alhamdulillah bagi kaum laki-laki,
Oleh karenanya, lihat bagaimana Nabi SAW
bersabda ketika datang Sayyidatuna Asma’ binti Yazid, “Ya Rasulullah, itu
laki-laki enak banget tuh bisa haji kapan saja, Bisa shodaqoh kapan saja, Bisa
jihad kapan saja, Kami di rumah, kami suruh jaga rumah, kami hanya mengurusi
anak-anak, kami hanya menjaga harta suami, Apakah kami juga mendapatkan andil
dan pahala daripada pahala yang mereka lakukan? Paling tidak bagi dua lah”,
Apa kata Nabi Muhammad? “Kalau kamu taat
pada suamimu, kamu dapat ridho suamimu, itu lebih baik daripada haji yang
mabrur, sedekah sebanyak-banyaknya dan jihad fii sabilillah”, Ingat ya,
ridho itu gimana? Ridho itu sebuah ungkapan dan perasaan, bukan jawaban dari
sebuah pertanyaan, Jadi jangan ditanyakan, wahai suamiku kamu ridho tidak
sama aku, pasti dijawab ridho, Kalau dijawab tidak ridho, marah istrinya,
Sebuah perasaan, sebuah ungkapan, sebuah kasih sayang dan itu dibuktikan dengan
ungkapan dan perasaan juga,
Tapi sayangnya Nabi SAW menutup hadits itu
dengan :
وَ
قَلِيْلٌ مِنْكُنَّ مَنْ يَفْعَلْ
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ ، قَالَ: " بَيْنَا
نَحْنُ قُعُودٌ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذْ
أَتَتْهُ امْرَأَةٌ ، فَقَالَتْ: يَا رَسُولَ اللَّهِ أَنَا وَافِدَةُ النِّسَاءِ
إِلَيْك ، يَا رَسُولَ اللَّهِ : رَبُّ الرِّجَالِ وَرَبُّ النِّسَاءِ اللَّهُ
عَزَّ وَجَلَّ ، وَآدَمُ أَبُو الرِّجَالِ وَأَبُو النِّسَاءِ ، وَحَوَّاء أُمُّ
الرِّجَالِ وَأُمُّ النِّسَاءِ ، وَبَعَثَكَ عَزَّ وَجَلَّ إِلَى الرِّجَالِ
وَالنِّسَاءِ ، فَالرِّجَالُ إِذَا خَرَجُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَقُتِلُوا فَهُمْ
أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ ، وَإِذَا خَرَجُوا فَلَهُمْ مِنَ
الْأَجْرِ مَا قَدْ عَلِمْتَ، وَنَحْنُ نَخْدُمُهُمْ وَنحْبِسُ أَنْفُسَنَا
عَلَيْهِمْ ، فَمَاذَا لَنَا مِنَ الْأَجْرِ؟ فَقَالَ لَهَا رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ( أَقْرِئِي النِّسَاءَ مِنِّي السَّلَامَ
وَقُولِي لَهُنَّ: إِنَّ طَاعَةَ الزَّوْجِ تَعْدِلُ مَا هُنَالِكَ ، وَقَلِيلٌ مِنْكُنَّ تَفْعَلُهُ
(HR Ibn Abi
Dunya),
Tapi sedikit di antara kalian yang bisa
melaksanakannya dan menerapkannya, Itulah untungnya Nabi SAW
mengatakan demikian, karena kesempatan bagi laki-laki untuk jadi walinya lebih
besar, Alhamdulillah,
Jadi kalau mau menggunakan kesempatan, ayo
fastabiqul khairat,: لِمِثْلِ هَذَا فَلْيَعْمَلِ الْعَامِلُونَ
Itu kelebihannya, Kekurangannya banyak, Di
antara kekurangannya, banyak wanita itu jadi janda sebelum duda suaminya,
karena seperti tadi faktor-faktor telah disebutkan,
Kekurangannya apa lagi? Kekurangannya
gampang sekali mendapatkan dosa karena memang sifatnya perempuan itu tidak
pandai bersyukur, kemudian dia suka berbohong, Itu di antaranya kekurangan
wanita,
Kemudian di antara kekurangannya juga,
gampang melupakan sesuatu, Kita sebagai laki-laki harus memakluminya, Tapi bagi
perempuan itu sebuah kekurangan yang harus dicermatinya, Jangan sampai itu
terjadi kepadanya, Sehingga karena kesibukannya melihat segala sesuatu yang
menjadi kesenangannya, sampai dia melupakan sesuatu yang wajib, Misalnya dia
itu terlalu fokus dengan sesuatu yang menjadi hobinya, jadi lupa kewajibannya,
Itu sifatnya perempuan,
Oleh karena itu, ternyata kita sebagai
manusia yang laki maupun perempuan sama saja di mata Allah, Sama-sama mulianya,
sama-sama tinggi derajatnya, tergantung kepada kita pelakunya mau diposisikan
di posisi yang mana, Kalau kita ingin posisi yang paling tinggi silahkan
bekerja, berusaha, beramal, Kita yang menentukan bukan orang lain,
Ingat, masing-masing di antara kita
sendiri, Suami kita orang lain, istri kita orang lain, anak kita orang lain,
semuanya orang lain, Kita mati sendirian, Kita akan dimasukkan ke liang lahat
sendirian, Yang akan ditanya kita sendirian, tidak ada dibantu sama suami atau
sama istrinya, Kita dibangkitkan sendirian, Kita di-hisab nanti sendrian, Kita
ditentukan masuk surga atau neraka sendirian, tidak terkait dengan orang lain,
وَأَن لَّيْسَ لِلْإِنسَٰنِ إِلَّا مَا سَعَىٰ, وَأَنَّ سَعْيَهُۥ سَوْفَ يُرَىٰ
(Qs
An Najm 39)
Tidak ada faedahnya suami, tidak ada
faedahnya istri, tidak ada faedahnya anak-anak semuanya, kita sendiri, Lihat
bagaimana Allah berfirman, bahwasanya setiap orang itu tergantung pada apa yang
dia lakukan dan setiap perlakuan yang dia lakukan, akan ditampakkan di dunia
sebelum di akhirat nanti,
إِنْ
خَيْرًا فَخَيْرٌ وَ إِنْ شَرًّا فَشَرٌّ,
Kata Nabi SAW, kalau dia itu berbuat
kebaikan, maka bahagia dia, senang dia, mudah semua urusannya, lapang segala
kesulitannya, itu karena kebaikannya, Tapi kalau seumpama dia itu orang yang
tidak baik, banyak berdosa, maka yang terjadi adalah dia akan mendapatkan
banyak kesulitan demi kesulitan,
Post a Comment for "Mendidik Lelaki dan Perempuan Masa Depan"